New-born Argahaya

Bandel yang Lucu dan Menggemaskan

Argahaya Nakal.. Lucu Banget

Ngacak-ngacak laci.. pasang wajah tanpa dosa yang menggemaskan.. aih.. lucunya anakku..

Pidato Bung Tomo

Berikut Pidato Bung Tomo pada Peristiwa 10 November 1945
Bismillahirrahmanir rahim…

Merdeka!!!

Saoedara-saoedara ra'jat djelata di seloeroeh Indonesia,
teroetama, saoedara-saoedara pendoedoek kota Soerabaja
Kita semoeanja telah mengetahoei bahwa hari ini tentara Inggris telah menjebarkan pamflet-pamflet jang memberikan soeatoe antjaman kepada kita semoea.

Kita diwadjibkan oentoek dalam waktoe jang mereka tentoekan, menjerahkan sendjata-sendjata jang kita reboet dari tentara djepang.
Mereka telah minta supaja kita datang pada mereka itoe dengan mengangkat tangan.
Mereka telah minta supaja kita semoea datang kepada mereka itoe dengan membawa bendera poetih tanda menjerah kepada mereka.

Saoedara-saoedara,
didalam pertempoeran- pertempoeran jang lampaoe, kita sekalian telah menundjukkan bahwa
ra'jat Indonesia di Soerabaja
pemoeda-pemoeda jang berasal dari Maloekoe,
pemoeda-pemoeda jang berasal dari Soelawesi,
pemoeda-pemoeda jang berasal dari Poelaoe Bali,
pemoeda-pemoeda jang berasal dari Kalimantan,
pemoeda-pemoeda dari seloeroeh Soematera,
pemoeda Atjeh, pemoeda Tapanoeli & seloeroeh pemoeda Indonesia jang ada di Soerabaja ini,
didalam pasoekan-pasoekan mereka masing-masing dengan pasoekan-pasoekan ra'jat jang dibentuk di kampoeng-kampoeng,
telah menoenjoekkan satoe pertahanan jang tidak bisa didjebol,
telah menoenjoekkan satoe kekoeatan sehingga mereka itoe terdjepit di mana-mana

Hanja karena taktik jang litjik daripada mereka itoe, saoedara-saoedara
Dengan mendatangkan presiden & pemimpin-pemimpin lainnja ke Soerabaja ini, maka kita toendoek oentoek menghentikan pertempoeran.
Tetapi pada masa itoe mereka telah memperkoeat diri, dan setelah koeat sekarang inilah keadaannja.

Saoedara-saoedara, kita semuanja, kita bangsa Indonesia jang ada di Soerabaja ini akan menerima tantangan tentara Inggris ini.
Dan kalaoe pimpinan tentara Inggris jang ada di Soerabaja ingin mendengarkan djawaban ra'jat Indonesia, ingin mendengarkan djawaban seloeroeh pemoeda Indonesia jang ada di Soerabaja ini

Dengarkanlah ini hai tentara Inggris,
ini djawaban ra'jat Soerabaja
ini djawaban pemoeda Indonesia kepada kaoe sekalian

Hai tentara Inggris!,
kaoe menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera poetih takloek kepadamoe,
menjuruh kita mengangkat tangan datang kepadamoe,
kaoe menjoeroeh kita membawa sendjata-sendjata jang kita rampas dari djepang oentoek diserahkan kepadamoe
Toentoetan itoe walaoepoen kita tahoe bahwa kaoe sekalian akan mengantjam kita oentoek menggempoer kita dengan seloeroeh kekoeatan jang ada,
Tetapi inilah djawaban kita:
Selama banteng-banteng Indonesia masih mempoenjai darah merah jang dapat membikin setjarik kain poetih mendjadi merah & putih,
maka selama itoe tidak akan kita maoe menjerah kepada siapapoen djuga!

Saoedara-saoedara ra'jat Soerabaja,
siaplah keadaan genting
tetapi saja peringatkan sekali lagi, djangan moelai menembak,
baroe kalaoe kita ditembak, maka kita akan ganti menjerang mereka itu.
Kita toendjoekkan bahwa kita adalah benar-benar orang jang ingin merdeka.

Dan oentoek kita, saoedara-saoedara, lebih baik kita hantjur leboer daripada tidak merdeka.
Sembojan kita tetap: MERDEKA atau MATI.

Dan kita jakin, saoedara-saoedara,
pada akhirnja pastilah kemenangan akan djatuh ke tangan kita
sebab Allah selaloe berada di pihak jang benar
pertjajalah saoedara-saoedara,

Toehan akan melindungi kita sekalian

Allahu Akbar..! Allahu Akbar..! Allahu Akbar…!
MERDEKA!!!

Pesawat Tempur Tripanca

Pesawat Tempur Tripanca

Mainan Bayi yang Murah Meriah

Aku dan Istriku bukanlah pasangan yang terlalu royal menghabiskan uang untuk mainan anak.

Anak kami, Argahaya, cukup mengerti kondisi keuangan orangtuanya yang walaupun jarang sekali kekurangan, tetapi bukan berarti suka berlebih-lebihan dalam berbelanja..

Mainan Arga yang kali ini cukup menyenangkan juga, baik untuk Arga pun untuk Ayah-Ibunya..

Kami persembahkan.., Pesawat Tempur punya Argahaya.., mereknya Tripanca..




He he he.. trims untuk Om Iwan Fals dan Om Lay Tripanca atas fasilitas yang bisa membuat anak kami riang tertawa..

Semoga terhibur dan menginspirasi.. hi hi hi..

Panggilan dari Gunung, Lagu Iwan Fals

panggilan dari gunung // turun ke lembah-lembah
kenapa nadamu murung // langkah kaki gelisah

matamu separuh katup // lihat kolam seperti danau
kau bawa persoalan // cerita duka melulu

Disini // menunggu
cerita // yang lain

berapa lama diam // cermin katakan bangkit
pohon-pohon terkurung // kura-kura terbius
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =




Susah untuk memaknai sebuah karya yang kemudian dipublikasikan (menjadi terkenal, sangat populer) dan mendapat interpretasi dari sedemikian banyak 'die hard fans' seorang Iwan Fals.

Iwan Fals bagi beberapa penggemarnya bukan lagi merupakan manusia biasa melainkan sudah 'lebih tinggi dari sekedar setengah dewa'. Interpretasi terhadap Iwan Fals tersebut juga tak terlepas dari karyanya yang berjudul 'Manusia Setengah Dewa'.

Kira-kira sama dengan interpretasi Slankers yang menganggap Bimbim Cs adalah pengusung Generasi Biru yang doyan teriak-teriak, "Piss..!!" Boleh juga dipersamakan dengan interpretasi penggemar Vina Panduwinata yang memandang tante cantik berusia separuh abad itu seanggun "Burung Camar" atau dengan Mulan Jameela sebagai "Makhluk Tuhan Paling Sexy".

Lagu "Panggilan dari Gunung" kusukai karena aku doyan naik gunung. Sebelum ada upaya penyelaman yang komprehensif dan kontemplatif terhadap lagu tersebut, aku kadung suka karena sekedar ada kata 'gunung'-nya yang secara otomatis membuat seorang 'pendaki gunung' macam aku waktu itu menganggap sebagai sebuah legitimasi dari seorang idola terkait hobi pribadi. Simpel kan, hi hi hi..

Lagi kongkow di kampus, teriak-teriak ambil gitar dan jimbe bahwa ada "Panggilan dari Gunung", maka dengan sigap kami-kami yang memang 'gila gunung' langsung berangkat merambah base-camp yang dimaui.

Kemudian, jika diperhatikan sedikit lebih cermat, boleh jadi 'Panggilan dari Gunung' di lagu tersebut bukan berarti 'gunung' secara denotatif. Karena, dua bait pertama di lagu tersebut tegas berfungsi sebagai sampiran sehingga (jika mengacu kepada sistem pemaknaan pantun-pantun klasik) makna sesungguhnya ada pada baik ketiga dan keempat, yakni; kenapa nadamu murung // langkah kaki gelisah. Artinya, 'Gunung' hanya sekedar penyama rima untuk 'Murung', sementara 'Lembah' berfungsi bagi 'Gelisah'.

Ha ha ha.., sama sekali nggak ada kaitan dengan kongkow di kampus trus mengepak carrier dan mantap naik montor meluncur ke Kinahrejo (basecamp pendakian Gunung Merapi, Jogja, pen) kan..

Artinya, jika aku dulu naik gunung gara-gara lagu itu, maka bolehlah dianggap tertipu mentah-mentah oleh olah bait Iwan Fals yang "Murung" dan 'Gelisah" tadi. Tapi tak apalah, yang penting naik gunungku waktu itu sangat menyenangkan.

Kalau boleh mengulik lebih jauh, "mata separuh katup" nampaknya menunjukkan bahwa saat lagu ini ditulis, Iwan masih doyan ngganja. Kalau lagi high mariyuana kan mata jadi bentet alias separuh katup.

Dan ini interpretasi pribadiku, lagu ini berisi upaya penyadaran alias redemption bagi seseorang untuk bangkit berjuang dan jangan menyusah-nyusahkan diri dengan menganggap semua masalah adalah hal yang maha besar sebesar 'danau' padahal hanya sedangkal 'kolam'.

Penggunaan unsur-unsur lingkungan juga menunjukkan dengan tegas bahwa Iwan sangat concern dengan isu-isu lingkungan hidup. Boleh jadi masalah itu yang sedang dipikirkannya saat menulis lagu tersebut.

Satu hal yang paling pasti, unsur-unsur tersebut yang membuat aku sangat suka dengan lagu-lagu Iwan Fals. Trims..

*) pernah kuposting di milis iwan_fals@yahoogroup.com

Kisah Sekantong Kue

*) dikutip dari email isteriku

Kisah Sekantong Kue

Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba.

Untuk membuang waktu, ia membeli buku dan sekantong kue di toko bandara, lalu menemukan tempat untuk duduk. Sambil duduk wanita itu membaca buku yang baru saja dibelinya.

Dalam keasyikannya, ia melihat lelaki di sebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua dari kue yang berada di antara mereka. Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan. Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam.

Sementara si Pencuri Kue yang pemberani menghabiskan persediaannya. Ia semakin kesal sementara menit-menit berlalu. Wanita itupun sempat berpikir: "Kalau aku bukan orang baik sudah kutonjok dia!“.

Setiap ia mengambil satu kue, Si lelaki juga mengambil satu. Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki itu. Dengan senyum tawa di wajahnya dan tawa gugup, Si lelaki mengambil kue terakhir dan membaginya dua. Si lelaki menawarkan separo miliknya sementara ia makan yang separonya lagi.

Si wanita pun merebut kue itu dan berpikir : “Ya ampun orang ini berani sekali, dan ia juga kasar malah ia tidak kelihatan berterima kasih”. Belum pernah rasanya ia begitu kesal.

Ia menghela napas lega saat penerbangannya diumumkan. Ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang. Menolak untuk menoleh pada si "Pencuri tak tahu terima kasih".

Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari bukunya, yang hampir selesai dibacanya. Saat ia merogoh tasnya, ia menahan nafas dengan kaget. Disitu ada kantong kuenya, di depan matanya !!! Kok milikku ada disini erangnya dengan patah hati. Jadi kue tadi adalah milik lelaki itu dan ia mencoba berbagi.

Terlambat untuk minta maaf, ia tersandar sedih. Bahwa sesungguhnya dialah yang kasar, tak tahu terima kasih. Dan dialah pencuri kue itu !

Dalam hidup ini kisah pencuri kue seperti tadi sering terjadi.

Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri

serta tak jarang kita berprasangka buruk terhadapnya.

Orang lainlah yang selalu salah
Orang lainlah yang patut disingkirkan
Orang lainlah yang tak tahu diri
Orang lainlah yang berdosa
Orang lainlah yang selalu bikin masalah
Orang lainlah yang pantas diberi pelajaran

Padahal

Kita sendiri yang mencuri kue tadi
Kita sendiri yang tidak tahu terima kasih.
Kita sering mempengaruhi, mengomentari, mencemooh pendapat, penilaian atau gagasan orang lain.

Sementara sebetulnya kita tidak tahu betul permasalahannya.

Argahaya Menangis dan Tertawa

manis-manis gula jawa, habis nangis, tertawa-tawa..

Argahaya Sudah Bisa Dadaaaa...



salah satu trik paling klasik bayi.. hayoo... bisa dada...

hi hi hi..

VIDEO argahaya belajar bicara


argahaya belajar mempergunakan suaranya untuk berkomunikasi dengan dunia luas..

arga-nia indrajaya

foto isteri dan anakku

Untuk 100 Tokoh HUT Lampost

Hey Lampost, Sejarah Memang tak akan Pernah Linier

Bagaimana memaknai hari ulang tahun? Menurut saya, hari yang bersejarah macam ulang tahun sejatinya harus dimaknai dengan penuh makna. Makna apa yang dimaknai? Ini yang kemudian boleh saja berbeda antara satu pengulang-tahun dengan pengulang-tahun yang lain. Lampost nampaknya memilih untuk memaknai ulang tahunnya dengan merilis buku bertajuk, “100 Tokoh Terkemuka Lampung.”

Lampost memang koran harian paling tua di Lampung. 10 Agustus 2008 kemarin sudah 34 tahun Lampost eksis. Tak pantas mendebat hal yang kuantitatif semacam 34 tahun itu. Konsekuensinya, sudah 34 tahun Lampost menorehkan warna dalam babak peradaban Lampung dan pastinya sudah banyak kontribusi yang diberikan Lampost atau apapun/siapapun yang menggunakan wahana ‘ke-Lampost-an’ atau paling tidak ber-sirempet dengan Lampost. Pokoknya Lampost sudah berkontribusi.

Dan Lampost memilih merayakan HUT-nya dengan menulis buku. Sebuah pilihan yang (terasa sangat) sederhana, tak neko-neko. Dan memang sangat-sangat pantas (kerabat kerja) Lampost menulis.

Dalam aktivitas kewartawanan, menulis adalah main event-nya. Lampost memilih melakukan sesuatu yang paling dikuasai kru-nya yakni; MENULIS..!! Walau kemudian masih dibumbui dengan segala keindahan istilah seperti pendokumentasian sejarah, merekam jejak dan segala macam istilah keren lain, tapi yang pasti, Lampost memilih untuk menulis.

Kita semua mafhum, siapapun yang ingin abadi dan tak pernah mati, maka menulis adalah hal yang harus dilakukan. Kalau kita tidak menulis, maka kita dikategorisasikan sebagai ‘Pra-sejarah’. Maka dilupakan adalah sebuah keniscayaan.

Menulis membuat kita punya peluang untuk masuk dalam ‘Sejarah’. Menciptakan momen yang ‘bersejarah’ dan yang paling mentereng tentu dianggap sebagai ‘Pelaku Sejarah’. Dan wartawan adalah seorang penulis. Jangan pernah mencoba mengaku sebagai wartawan kalau tak becus apalagi tak pernah menulis.

“Kami akui, ide penyusunan buku ini terinspirasi oleh bukunya Michael Hart yang fenomenal dan kontroversial itu,” ujar Heri Wardoyo, Ketua Tim Penulis Buku. Walau kemudian Sabam Sinaga, Wapemred Lampost, menegaskan bahwa buku ini (sebisa mungkin) hanya memaktubkan nilai-nilai protagonis saja alih-alih mengail kontroversi dengan mengulik sisi-sisi antagonis tokohnya. Simpelnya, buku Lampost ingin memberi kontribusi positif (dalam penyikapan) ketimbang ‘cari ribut’.

Kenapa pula harus ribut dan kontroversial? Rupanya memang sudah dari sono-nya, lebih mudah menuding dan meributkan ketimbang menolong dan ikut membangun. Toh, credit point dan yang hebat-hebat akan menjadi milik Lampost. Tapi Kholid Lubis, Ketua Panitia HUT, menyatakan buku ini berisi, “Tokohnya Lampung, bukan tokohnya Lampost.”

Kontroversial? Why not. Hal yang paling fitrah sekalipun pastinya masih bisa dikontroversialkan karena kita masih manusia yang punya daya pikir. “Jika dua manusia yang bisa berpikir berdiskusi mengenai satu hal, maka sedikit-dikitnya bakal ada tiga pendapat,” ujar-ujarnya.

Pasal 100 tokohnya Lampost kok belum sreg misalnya, hayo berkontroversi, berdebat dan berbeda pendapat. Kenapa misalnya Arzeti Biblina dianggap ‘Tokoh’, tapi Chelsea Olivia dianggap belum pantas ditokohkan. Kenapa pulak Aburizal Bakrie bisa masuk buku, sementara Syamsul Nursalim atawa Artalyta Suryani kok masuk dalam daftar coret. Berdebatlah dengan sepenuh hati, dengan sepenuh jiwa dan protes keras jika Anda merasa ‘Tokoh’ tapi kok Lampost alpa memasukkan nama Anda. Tak ada yang salah dengan kontroversi kan.

Jika bercermin dengan bukunya Hart, maka kontroversi adalah judul pembuka dan pencipta buku itu menjadi fenomenal. Kenapa Rasulullah SAW diletakkan di pemuncak, sementara Yesus malah ada di nomor tiga. Kontroversial kan, tapi buku tersebut sekarang jadi buku yang sangat mengayakan wawasan untuk dibaca-baca. Bahkan kerap pula dijadikan rujukan.

Begitu juga dengan 100 tokohnya Lampost. Lepas dari segala kontroversi yang (ngakunya) coba dihindari tapi pasti selalu ada kontroversi, buku tersebut nampaknya akan cukup dapat sedikit mengenyangkan dahaga atas buku bacaan tentang Lampung yang memang masih sangat-sangat sedikit saat ini.

Jika misalnya ada yang tidak puas dan kemudian menulis buku 100 tokoh versi tandingan, bukanlah sebuah hal yang haram. Sah-sah saja lah.
Nampaknya paling pas menutup tulisan ini dengan mengutip kata-katanya Heri Wardoyo, “(Tulisan) Sejarah memang tak akan pernah linier.” Karena kalau tulisan tersebut benar-benar linier, bisa langsung dipastikan bahwa itu fiksi bahkan bohong.

Ada yang mau menandingi Lampost? Untuk pasal itu, Lampost yang harus siap-siap. Pengalaman kenyang 34 tahun eksis adalah modal yang sangat berharga untuk terus menjadi pelaku sejarah. Selamat HUT ke-34 untuk Lampost.

*) tulisan ini dimuat di Harian LAMPUNG EKSPRES plus edisi 20 Agustus 2008

Analisis Pilgub Lampung 2008

Oedin-Alzier-Zulkifli Paling Berpeluang

Pagi ini, 3 September 2008, patut ditancapkan sebagai tonggak sejarah tata-pemerintahan di Lampung. Inilah kali pertama pilkada digelar secara langsung di Lampung.

Tujuh pasang sekaligus yang berpartisipasi, lima dari parpol dan dua dari mekanisme perseorangan non-parpol. Zulkifli Anwar-Akhmadi Sumaryanto (PKS, PAN), Muhajir Utomo-Andi Arief (Perseorangan), Alzier Thabranie-Bambang Sudibyo (Golkar, PKB, PPP), Oemarsono-Thomas Riska (koalisi parpol non-parlemen), Andy Achmad-Suparjo (Demokrat, PBR), Sjachroedin ZP-Joko Umar Said (PDIP) dan Sofjan Jacoeb-Bambang Waluyo Utomo (Perseorangan).

***

Rumus utama menghitung dukungan pilkada adalah figur kepala daerahnya. Figur wakil memang harus diakui bukan yang terutama karena biasanya diletakkan sebagai penegas status, penyandang penambah dana kampanye, tim kerja yang mampu mengimbangi dan mengoptimalisasi posisi kepala dan yang terutama sebagai penambal suara supaya tak rembes. Awak karo sikil katanya. ‘Kasus’ Dede Yusuf di Jawa Barat dan Rano Karno di Tangerang boleh jadi tak berimbas ke Lampung karena tak ada figur wakil yang sebegitu kuat popularitasnya jika dinadingkan aktor-aktor kawakan yang masuk ke domain politik itu.

Untuk calon kepala daerah, ketujuh kandidat punya reputasi mentereng. Praktis hanya Sofjan Jacoeb dan Muhajir yang sama sekali tak punya pengalaman matang di pentas politik praktis dan tata pemerintahan. Oedin, Andy, Oemarsono dan Zulkifli keempatnya sudah tahu persis rasanya menjadi kepala daerah. Alzier cukup istimewa karena sempat pula memenangkan kursi kepala daerah.

Meminjam istilah tinju, bicara ‘ring record’ ada beberapa calon yang sudah pernah bertarung satu ring. Alzier saat Pilgub 2002 menghempaskan Oemarsono dan Oedin pun sempat ikut di putaran penyisihan. Oedin pernah ‘satu lawan satu’ dengan Oemarsono di 2004 yang menghantarkannya ke kursi BE-1, sementara Zulkifli pernah merasakan bertarung melawan Alzier di Pilbup Lamsel 2000. Boleh juga ring record itu dijadikan alas analisis sehingga nama Oedin, Alzier dan Zulkfli ada di unggulan atas. Oemarsono harus mengalah dalam kategori ini karena setiap pertemuan ‘satu lawan satu’ mantan Gubernur Lampung yang menggembol 14 gelar adat Lampung itu pernah mengemas kekalahan baik lawan Alzier pun Oedin.

Muhajir dan Sofjan pun bukan tokoh sembarangan. Muhajir adalah Rektor Universitas Lampung dua periode dan satu-satunya kandidat yang bergelar akademis mulus tak bercacat hingga jenjang tertinggi seorang manusia menyandang gelar akademis. Sofjan pun begitu. Menjadi Kapolda di kawasan paling prestisius se-Indonesia, Polda Metro Jaya, tentu tegas menunjukkan bahwa jenderal polisi yang piawai bermacam bahasa ini bukan tokoh karbitan. Tapi, sulit untuk menakar peluangnya mulus karena keduanya tak tampak begitu berhasil mengeksploitasi isu perseorangannya di tengah degradasi popularitas parpol yang terus memburuk itu.

Kanjeng adalah calon yang paling terjal menerjang aral. Sedari pencalonannya yang digoreng kiri-kanan, sedetik usai mantan wabupnya dilantik menjadi pengganti, Andy malah dicecar masalah yang sebetulnya jauh di luar konteks domain politik dan pemerintahan, tetapi mau-tidak mau membuat dinamika riuh tersendiri di internal pendukungnya. Kanjeng yang terkenal sedemikian intim dengan komunitas Bali di Lampung, ditohok telak lewat sentimen etnisitas tersebut.

Beberapa lembaga survey memang meletakkan nama Oedin, Alzier, Zulkifli dan Andy yang memiliki peluang besar. Tapi – meminjam celetukan Ketua KPU Gultom – setiap riset dan survey yang dilakukan memiliki kecenderungan bernuansa pesanan yang kental. Tak sulit memang menakar independensi lembaga riset jika masyarakat memahami ‘oknum-oknum’ yang berada di balik layar lembaga riset dimaksud. Tak salah jika muncul anggapan bahwa lembaga survey yang beredar tak lebih dari kepanjangan tangan tim sukses yang menyaru menjadi (sok) independen.

Rumus kedua yang biasa dijadikan alas-analisis adalah faktor incumbent. Ada tiga incumbent yang beredar, Oedin di Lampung, Zulkifli di Lamsel dan Andy di Lamteng. Tapi nampaknya faktor yang satu ini juga agak buram. Proses transisi yang tak mulus untuk kursi Oedin membuat ‘mesin incumbent’ jadi agak separuh jengah untuk digunakan. Kita pasti paham mentalitas birokat kita yang sebegitu mendewakan eselonnya dan tentu aturan tegas soal netralitas PNS. Tapi faktor itu masih ada nilai pentingnya, karena di lingkaran birokrat pun nilai-nilai ‘keparpolan’ pun nyata adanya dimana jabatan sangat bergantung atas kemampuan seorang birokrat mempertunjukan potensi, kualitas dan terutama loyalitas kepada (calon) pemimpinnya. Ungkapan satir bahwa birokrat adalah ‘salah satu parpol pengusung’ pun bisa diperdebatkan untuk ditelisik kenyataannya.

Rumus berikutnya adalah kemampuan untuk menggandeng vote getter. Dua mantan Presiden RI sudah nyata-nyata turun ke lapangan untuk mendukung jagoannya. Gus Dur memilih untuk berkampanye atas nama Alzier sementara Megawati tampak pede untuk mengawal kemenangan Oedin. Di lain kubu, Tifatul dan Sutrisno Bachir eksplisit menjatuhkan dukungan kepada Zulkifli yang kemudian digongi dengan munculnya Hidayat Nurwahid yan juga lantang berkampanye.

Kalau boleh dipetakan, Mega dengan PDIP, nasionalis, marhaenis dan wong cilik-nya mendukung Oedin, Gus Dur dengan PKB, NU, kyai, santri dan kaum abangan tradisional berkampanye untuk Alzier, sementara Nurwahid yang sampai hari ini masih bercitra sebagai Presiden PKS berkampanye untuk nama Zulkifli. Serta tak lupa ada satu fenomena yang patut dicatat dengan masifnya gerakan yang digalang Imelda Alzier lewat bendera Sekarsewu yang tak lelah keliling ke pelosok kampung menggalang amal dan (yang terpenting) tak pernah terlepas dari ekspos dan publikasi yang lihai.

Rumus terakhir tentu saja daya jangkau, kecerdasan dan mulusnya mesin politik serta amunisi kampanye alias duit. Untuk yang satu ini, secara kuantitatif nama Alzier ada di posisi teratas. Tapi jangan langsung menganggap bahwa Alzier adalah yang paling menang soal duit. Faktor duit adalah faktor yang berada di ranah abu-abu. Coba tanya ke 7,4 juta penduduk Lampung soal kekayaan. Sulit untuk mendapatkan klasemen pasti siapa yang terkaya. Uang terhitung dengan uang tercitra memang dua hal yang sangat-sangat berbeda.

Contoh, walau mungkin Oedin berada satu lapis di bawah Thomas Riska misalnya, sulit untuk mencari kesepahaman bahwa Thomas lebih kaya dari Oedin. Atau bahkan antara Oedin dengan Alzier sekalipun. Kesimpulannya, semua tokoh yang berani bercita-cita menjadi kepala daerah di Lampung ini adalah orang-orang kaya semua. Established, istilahnya Alzier saat debat kandidat kemarin.

***

Dari berbagai rumus yang ada tadi, nampaknya posisi dua besar ada di nama Oedin dan Alzier. Memang bukan sebuah simpulan yang rigid, tetapi Oedin dan Alzier mampu dengan jitu mencitrakan diri sebagai pemenang di parameter-parameter tadi.

Akan halnya nama Zulkifli jangan dikesampingkan begitu saja. Gotong-royong PAN-PKS sempat terbukti di daerah lain. Selain itu, figur Zulkifli yang sangat luwes, easy going dan sangat santun dalam bersikap terhadap calon-calon lain adalah nilai plus yang sangat berpengaruh. Boleh jadi hanya Zul seorang yang sempat, mampu dan mau bermesraan dengan kesemua kompetitornya. Baik dalam kapasitasnya saat menjadi Bupati Lamsel ataupun saat sudah definitif menjadi calon gubernur. Jika teori floating mass itu berlaku di Pilgub Lampung, Zul adalah figur yang paling berpeluang besar untuk meraih keuntungan.

Dan tak lupa, dengan regulasi yang memungkinkan pilgub berlangsung dua putaran, sulit untuk mengharapkan pilgub hari ini tuntas dalam sekali coblos. 30% adalah angka yang relatif besar bagi kesemua calon. Walau peluang itu masih terbuka, tetapi dua putaran nampaknya masih yang paling logis. Berharap satu putaran memang sangat-sangat baik dan cukup ideal, tetapi dua putaran pun bukan opsi yang amat-sangat buruk. Menarik jika putaran kedua terealisasi. Komposisi siapa lawan siapa akan sangat berpengaruh karena tarung sudah sampai ke final. Hitung-hitungan baru dengan paramater dan faktor baru perlu diulas lagi.
Jadi, pagi ini kita perlu menyoblos untuk merealisasikan hitung-hitungan tadi. Tabik pun..


*) tulisan ini dimuat di Harian LAMPUNG EKSPRES plus edisi 3 September 2008

Senyum Lebar

Siapa yang Sanggup Menolak Senyum Seindah Ini..?

Puisi Baur

Biji Mataku

Dia adalah keajaiban yang nyata senyata-nyatanya
Matanya bulat besar berkilau laksana berlian
Pipinya halus lebih halus dari gumpalan awan di Hargo Dumilah sekalipun
Suaranya yang halus, mengelus kelelahan seperti angin menyapu embun
Lebat rambutnya seperti cahaya matahari
Dia biji mataku..
Andai ada tawaran tukar dengan separuh dunia-separuh surga, tampik mentah-mentah pasti langsung kuangsurkan tanpa berpikir
Dia biji mataku
Alisnya yang halus menyambung
Senyumnya seperti separuh dunia-separuh surga seharga receh dan dia segumpal emas
Dia biji mataku

Bandarlampung, Mei 2008
= = = = = = = = = = =

Sarjana

Siang itu, via telepon, dia bilang ibu itu monyet
Muntab.., ibu itu bilang dia beruk.
“Nggak sekolah kok ngaku-ngaku sarjana..!!”
Monyet dan beruk memang nyata adanya

Tapi hari ini dia sarjana, setengah haji pula..
Siapa monyet dan siapa pula beruknya?

Kalau aku, mau jadi sarjana tak kurang-kurang. Dari Pak Dekan sampai Ibu Kantin, dari Ketua BEM sampai anak angkatan teranyar kenal aku sebagai mahasiswa..
Mahasiswa bengal yang butuh sedekade untuk sekedar lulus sekedarnya
Mahasiswa goblok..? Mungkin.., he he he..

Bandarlampung, Mei 2008
= = = = = = = = = = =

Hipokrit

Aku sejatinya mencoba asing dengan makna kata itu
Menguntai senyum memang wajib hukumnya, nilainya setingkat ibadah
Tapi..,

Bandarlampung, Mei 2008
= = = = = = = = = = = =

Sarjana (2)

Di Nuansa, kawanku bilang ada yang lima gelar walau satu masih kandidat malah sok bangga
“Tak etis,” kata dia

Kita tahu, jutaan anak bangsa ini bermimpi jadi sarjana

Satu sarjana doeloe sempat menulis, “Andai Aku Orang Belanda..”
Taman Siswa-nya jadi monumen, tapi sekolahnya di sini cuma kelas semenjana

Di tempat si kandidat itu juga dibangun sekolah megah untuk mencetak sarjana. Coba kalau aku yang jadi di sana..
Barangkali aku sendiri tidak mampu..

Menghina memang gampang, tapi kegamangan kadang memang harus dilontarkan
Kalau tidak.., diam saja? Teriak saja?

Membayangkan semua warga senegara ini jadi sarjana, boleh jadi sama absurdnya membayangkan kalau besok bisa jadi kiamat

Ah.., aku juga sarjana. Dan aku sama gobloknya dengan semua orang.

Bandarlampung, Mei 2008
= = = = = = = = = = =

Metamorfosis-kah?

Apakah aku yang berubah atau mata mereka yang mulai jèrèng?

Cinta yang kumiliki masih sama megah dengan sepuluh-lima belas tahun yang lalu
Mata ini masih berair otomatis kalau keanggunan bangsa menyemut-mengolosal di depan mata
Tak berubah sudut dada ini yang menyesak kalau menyaksikan kebodohan dan kebrutalan para pengelola

Tapi banyak dari mereka yang sok tahu dan bilang aku berubah..

Bandarlampung, Mei 2008
= = = = = = = = = = =

Uang..

Dia bilang, “Uang tak pernah netral. Uang selalu penting dan berkepentingan..”
Dia bilang, “Uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang..”
Dia bilang, “Money can’t buy me love..”
Dia bilang, “Uang bikin mabuk kepayang..”

Aku tak bohong saat bilang, “Aku suka uang..!!”

Bandarlampung, Mei 2008
= = = = = = = = = = =

Ayo Berhemat

Aneh.., aku bilang aneh..
Waktu listrik defisit, bukannya pengelola bangsa ini berpikir untuk menjamin asupannya, kita diimbau berhemat
Kurang hemat apa lagi kita ini..
Tipi nggak kebeli.., VCD apalagi
Komputer kami buta kiyu, AC ampun-ampun mahalnya

Kami janji berhemat..!!
Tak pakai AC, tak mau pakai komputer

Susah dan kesusahan adalah makna negara ini semenjak dulu. Kami bangsa terjajah, entah oleh mata biru atau mata hijau

Ladalah.., aguuyy.., BBM malah naik pula..
Berhemat..? Bahhh.., loe ngelawak bos..?

Bandarlampung, Mei 2008
= = = = = = = = = = =

Dewa dari Leuwinanggung

Ini ada artikel yang sangat bagus dan menarik

Dewa ini tinggal di sebuah rumah besar. Tanahnya 6.000 meter persegi. Bagian terbesar dipakai untuk sebuah toko, pendopo, sebuah panggung terbuka, maupun kantor organisasi para penggemar si dewa bernama Oi.

Kediaman pribadi dewa ini dilengkapi studio musik, garasi mobil (termasuk bus), rumah tinggal, serta kebun dengan rumput tercukur rapi





kelanjutan artikel lengkapnya Klik di sini yah..

Bersyukur Itu Nikmat

Bersyukur

Aku tak selalu mendapatkan apa yang kusukai oleh karena itu aku selalu menyukai apapun yang aku dapatkan.

Kata-kata di atas merupakan wujud syukur. Syukur merupakan kualitas hati yang terpenting. Dengan bersyukur kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tentram dan bahagia.

Sebaliknya, perasaan tak bersyukur akan senantiasa membebani kita. Kita akan selalu merasa kurang dan tak bahagia.

Kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki.

Katakanlah anda telah memiliki sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang terbaik. Tapi anda masih merasa kurang. Pikiran anda dipenuhi berbagai target dan keinginan. Anda begitu terobsesi oleh rumah yang lebih besar dan indah, mobil yang lebih mewah, serta pekerjaan yang mendatangkan lebih banyak uang.

Kita ingin ini dan itu. Bila tak mendapatkannya kita terus memikirkannya. Tapi anehnya, walaupun sudah mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat. Kita tetap tak puas, kita ingin yang lebih lagi.

Jadi, betapapun banyaknya harta yang kita miliki, kita tak pernah menjadi "KAYA" dalam arti yang sesungguhnya.

Mari kita luruskan pengertian kita mengenai orang kaya. Orang yang kaya bukanlah orang yang memiliki banyak hal tetapi orang yang dapat menikmati apapun yang mereka miliki.

Tentunya boleh-boleh saja kita memiliki keinginan, tapi kita perlu menyadari bahwa inilah akar perasaan tak tenteram. Kita dapat mengubah perasaan ini dengan berfokus pada apa yang sudah kita miliki.

Cobalah lihat keadaan di sekeliling Anda, pikirkan yang Anda miliki, dan syukurilah. Anda akan merasakan nikmatnya hidup. Pusatkanlah perhatian Anda pada sifat-sifat baik atasan dan orang-orang di sekitar Anda.. Mereka akan menjadi lebih menyenangkan.

Seorang pengarang pernah mengatakan,

''Menikahlah dengan orang yang Anda cintai, setelah itu cintailah orang yang Anda nikahi.''

Ini perwujudan rasa syukur.

Ada cerita menarik mengenai seorang kakek yang mengeluh karena tak dapat membeli sepatu, padahal sepatunya sudah lama rusak. Suatu sore ia melihat seseorang yang tak mempunyai kaki, tapi tetap ceria. Saat itu juga si kakek berhenti mengeluh dan mulai bersyukur.

Hal kedua yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan membanding-bandingk an diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya dari kita.

Saya ingat, pertama kali bekerja saya senantiasa membandingkan penghasilan saya dengan rekan-rekan semasa kuliah. Perasaan ini membuat saya resah dan gelisah. Sebagai mantan mahasiswa teladan di kampus, saya merasa gelisah setiap mengetahui ada kawan satu angkatan yang memperoleh penghasilan di atas saya.

Nyatanya, selalu saja ada kawan yang penghasilannya melebihi saya. Saya menjadi gemar gonta-ganti pekerjaan, hanya untuk mengimbangi rekan-rekan saya.

Saya bahkan tak peduli dengan jenis pekerjaannya, yang penting gajinya lebih besar. Sampai akhirnya saya sadar bahwa hal ini tak akan pernah ada habisnya. Saya berubah dan mulai mensyukuri apa yang saya dapatkan. Kini saya sangat menikmati pekerjaan saya.

Rumput tetangga memang sering kelihatan lebih hijau dari rumput di pekarangan sendiri.

Ada cerita menarik mengenai dua pasien rumah sakit jiwa.

Pasien pertama sedang duduk termenung sambil menggumam, ''Lulu, Lulu.''

Seorang pengunjung yang keheranan menanyakan masalah yang dihadapi orang ini. Si dokter menjawab, ''Orang ini jadi gila setelah cintanya ditolak oleh Lulu.''

Si pengunjung manggut-manggut, tapi begitu lewat sel lain ia terkejut melihat penghuni lain itu terus menerus memukulkan kepalanya di tembok dan berteriak, ''Lulu, Lulu''. ''

Orang ini juga punya masalah dengan Lulu? '' tanyanya keheranan.

Dokter kemudian menjawab, '' Ya, dialah yang akhirnya menikah dengan Lulu.''

Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi.

Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan cerita mengenai seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia. Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab,

''Saya mempunyai dua anak laki-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup ditanah seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga.''

Bersyukurlah !

Bersyukurlah bahwa kamu belum siap memiliki segala sesuatu yang kamu inginkan. Seandainya sudah, apalagi yang harus diinginkan?

Bersyukurlah apabila kamu tidak tahu sesuatu. Karena itu memberimu kesempatan untuk belajar.

Bersyukurlah untuk masa-masa sulit. Di masa itulah kamu tumbuh...

Bersyukurlah untuk keterbatasanmu. Karena itu memberimu kesempatan untuk berkembang.

Bersyukurlah untuk setiap tantangan baru. Karena itu akan membangun kekuatan dan karaktermu.

Bersyukurlah untuk kesalahan yang kamu buat. Itu akan mengajarkan pelajaran yang berharga.

Bersyukurlah bila kamu lelah dan letih. Karena itu kamu telah membuat suatu perbedaan.

Mungkin mudah untuk kita bersyukur akan hal-hal baik...

Hidup yang berkelimpahan datang pada mereka yang juga bersyukur akan masa surut...

Rasa syukur dapat mengubah hal yang negatif menjadi positif ...

Temukan cara bersyukur akan masalah-masalahmu dan semua itu akan menjadi berkat bagimu ...

*) dikutip dari emailnya Kangmas Sigit M-55

puisi cinta jaman kuliah dulu

catatan – dolop –

aku, kamu, menjadi kita
untuk sahabat yang menjadi keluarga dan keluarga yang menjadi sahabat

***

menjadi kita, itu yang aku inginkan untuk terjadi antara aku dan kamu...
lantas sejenak kita, sekali lagi kita, bisa saling diam, ber-PANDA-ngan dan saling meyelami segenap kesadaran, bahwa ada yang diam-diam menyelimuti hati dan hangat untuk berdesah
kalau aku terlihat untuk jadi jelmaan kebimbangan, karena kamu pun bukan suatu kepastian...
sejuta kesunyian adalah sesap yang masuk ke setiap inchi tubuh, dan biarkan saja itu mengalir, biarkan saja...

kesemuan ini jangan terpancing untuk rusak dan terhancurkan,
di saat ini kerapuhan yang manja masih menggayut di dalam sini, dan aku belum berdaya...
masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, serak rumput di halaman yang harus tercerabut dan ketika kesiapan itu hadir, hamparan hijau akan jadi tempat untuk berbaring, semoga...

***

duniaku kejam dan sunyi menggigit dagingku sedikit-sedikit dengan terus menyisakan sedikit nafas untuk terus sadar dan merasa sakit..
hausku akan kamu membelenggu semua kreativitas yang seharusnya membanjir di segenap kelebat karyaku tetapi aku malah memilih digigit sedikit-sedikit..
aku mulai menikmati rasa sakitnya..
naif aku sejenak berkhayal bahwa kalau kamu mau temani aku..
sejuta khayalan itu seperti menggambarkan keagungan karyaku bersama kamu dan mulai menikmati lagi kesombongan-kesombongan yang aku harapkan dan sepertinya aku masih merasakan kesombongan itu..
tapi yang jelas, sekarang aku masih berkubang di kotoran hati yang bercampur daging hancur dengan berteriak-teriak goblok sambil terus meneteskan darah-darah yang anehnya tidak membuat aku semakin sadar..
aku belum mati..

***

aku tak pernah peduli dengan apa yang kamu tak punya karena aku memuja yang kamu punya.. aku tak pernah peduli dengan apa yang tak kamu pakai karena aku memuja yang kamu pakai..
aku tak pernah peduli dengan apa yang tak kamu pikir karena aku memuja pikirmu..
dan aku jadi tak peduli dengan yang lain lagi karena aku memujamu..

***

buat perempuan, yang bukan perempuanku..
aku bingung buat sekedar memulai catatan yang mungkin setelah ini aku langsung lupa, tak pernah lagi terbaca atau kalau kamu sampai membaca ini berarti aku sedang cukup gila untuk memberikan ini ke kamu..
aku tak pernah berani untuk menyampaikan perasan, mungkin aku terlalu takut menerima sebongkah penolakan biar cuma yang tersirat, dianggap aneh atawa apapun,aku terlalu takut..
kamu beberapa hari ini bikin aku gila.., aku mulai ngerasaain perasaan itu lagi.. lagi..

***

buat perempuan yang bukan perempuanku
menarilah kamu dengan segenap hasrat yang terselubung walaupun bukan untukku, dimana aku rela jadi penonton yang terangsang tanpa penyaluran
sedih ini bakal jadi kelam yang memeluk hadirkan ketenangan dimana resiko bukan jadi aral yang harus dipikirkan, aku cuma berkhayal karena memandang tanpa menyentuh tak bisa menyakiti apalagi membahagiakan kamu
dalam kepengecutan yang buram ditutupi oleh keengganan kita, aku cuma menari sendirian memeluk hadirmu lewat sejumput imaji dan sedetak harapan untuk diperhatikan tetapi aku cuma memandang tidak menyentuh..
kamu ada dimana pun aku tak tahu dan belum berani untuk memaksa tahu, sementara aku yakin terus terjerembab disini yang penting aku tidak perlu menyentuhmu, aku harap kamu tidak keberatan..

***

kenapa pilihan selalu ada banyak dan membingungkan, buat aku, buat kamu, buat semua, selalu bilang selalu apa pilihan

***

mengangsurkan sesuatu yang sampai detik ini masih aku pegang berdasar gengsi dan arogansi pribadi yang konyolnya kupendam dalam-dalam buat diri aku sendiri berkait dengan sesuatu yang berhubungan dengan pola hubungan -asmara- atau dalam bahasa orang lain yang sarkas mungkin menyebutku sebagai pemimpi, pengkhayal, pengecut, goblok dan tak mau berjuang atas nama cinta (ha.. ha..)
tapi aku yakin kalau perjuangan cinta a la sinema novel romansa itu cuma dramatisasi dari keinginan sineas-sineas keparat yang tak mampu melakukannya dalam kehidupan nyata atau kalau mereka coba bikin itu di dunianya maka semua akhirnya sadar kalau dunia nyata itu sesuatu yang unpredictable dan kita bukan sutradara di situ jadi harus ada kekecewaan waktu sesuatu tak berjalan sebagaimana yang kita mau..

jogja, 2003

Anakku Lahir Laki-laki


Anakku Lahir Laki-laki


15 Januari 2008, pukul 23.55 WIB di RS Graha Husada, Bandarlampung, anakku pertama lahir laki-laki.

Keras tangisan pertamanya dibalur sejuta bahagia dan matanya menatap jelas tanpa pejam.

Ayah-ibunya ingin, anak perdana menjadi Si Gagah yang kuat menghidupkan hidupnya setegar gunung.

Terpesona dengan maha-cerita Ramayana, kala ksatria pilih tanding yang bertarung sepenuh hati tak jerih walau musuh tak bisa mati, Anuman menyangkakala Rahwana dengan jepit gunung.

Keluarganya ingin melihat dia bertarung pantang bertakut laksana Ksatria Anuman.

Layaknya anak harapan, semoga tak pandai dia berbohong, tak lihai dia mencuri dan tak pernah patut dia mencundang.

Semoga menjadi kesantunan seperti kisah-kisah di buku suci, semoga menjadi keberanian seperti kisah-kisah kepahlawanan dan mampu menggenggam kemegahan untuk dicatatkan dalam sejarah.

Anak perdana yang mengeraskan suara yang menjadikan karya hebat sebagai jalan hidup dan cita-cita.

Namanya
ARGAHAYA ANUM INDRAJAYA


Semoga sesuai dengan segala harapan dan keinginan.